Kiat-Kiat Istiqamah di Masa Penuh Fitnah
Kiat-Kiat Istiqamah di Masa Penuh Fitnah adalah kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada Sabtu, 26 Dzulhijjah 1446 H / 22 Juni 2025 M.
Kajian Tentang Kiat-Kiat Istiqamah di Masa Penuh Fitnah
Banyak orang menganggap bahwa karamah itu adalah bisa berjalan di atas air, tidak mempan dibacok, atau bisa terbang di udara. Padahal, itu semua hanyalah karamah-karamah kecil. Itu pun disyaratkan pelakunya harus mentauhidkan Allah. Namun, karamah yang terbesar, yang paling agung yang Allah berikan kepada seorang hamba, adalah kemampuan untuk istiqamah terutama di zaman fitnah. Orang yang mampu istiqamah hingga akhir hayat, itu adalah pemberian Allah yang tidak bisa dinilai dengan apa pun; tidak dengan harta, bahkan tidak pula dengan seluruh dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِّنْ غَفُورٍ رَّحِيمٍ (32)
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian mereka tetap istiqamah, maka malaikat-malaikat turun kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih hati, dan bergembiralah kamu dengan surga yang telah dijanjikan kepadamu. Kami adalah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat. Di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang diinginkan oleh hatimu dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (kemuliaan) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Fussilat [41]: 30–32)
Orang yang istiqamah, saat ia meninggal dunia, telah diberikan oleh Allah kabar gembira. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, bahwa Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ
“Barang siapa mencintai perjumpaan dengan Allah, maka Allah pun mencintai perjumpaan dengannya. Dan barang siapa membenci perjumpaan dengan Allah, maka Allah pun membenci perjumpaan dengannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mengapa istiqamah itu berat? Karena, pertama, manusia memiliki hawa nafsu dan syahwat. Allah menciptakan dalam diri manusia adanya syahwat. Syahwat ini identik dengan dunia (harta, tahta, wanita, dan ketenaran). Subḥanallah, sungguh berat ketika seseorang harus menghadapi syahwat. Manusia memiliki hawa nafsu, sehingga untuk bisa istiqamah, ia harus kuat melawan syahwat dan syubhat. Jika ia tidak memiliki kekuatan, maka ia akan terhempas dan terbawa oleh fitnah.
Yang kedua, mengapa istiqamah itu berat? Karena setan tidak pernah diam. Ia tidak akan pernah berhenti menggoda manusia. Iblis telah bersumpah, sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Dalam Surah Al-A‘raf, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ﴿١٦﴾ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
“Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS. Al-A‘raf [7]: 16–17)
Setan tidak pernah tidur dan terus memperhatikan manusia. Mengenai hal ini, Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma berkata:
الشَّيْطَانُ جَاثِمٌ عَلَى قَلْبِ ابْنِ آدَمَ، فَإِنْ ذَكَرَ اللَّهَ خَنَسَ، وَإِنْ غَفَلَ وَسْوَسَ
“Setan mempehatikan hatinya anak Adam. Jika ia berdzikir kepada Allah, maka setan akan menyelinap. Jika ia lalai maka setan memberikan was-was”
Jangan mengira bahwa ketika kita ingin istiqamah, jalannya akan lurus dan mulus begitu saja, seperti jalan tol tidak bisa begitu. Ketika kita ingin istiqamah, jangan berharap tidak ada ujian. Allah telah berjanji, pasti akan memberikan ujian kepada hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا أَن يَقُولُوٓا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَـٰذِبِينَ (3)
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedangkan mereka tidak diuji? (2) Sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka sungguh Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-‘Ankabūt [29]: 2–3)
Jadi, bersiaplah untuk diuji. Karena kita hidup di dunia dan dunia ini, sebagaimana dikatakan para ulama, adalah dar al-ibtila’, yaitu negeri ujian. Di dunia ini, selama kita masih bernyawa, ujian akan terus menerpa. Ujian datang dalam berbagai macam fitnah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (fitnah). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 35)
Semua dari kita pasti menginginkan, jika diuji, diuji dengan kesenangan dan kenikmatan. Itu hal yang sah-sah saja, Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri berlindung dari kefakiran dalam doa pagi dan petang. Di antara doanya:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
“Aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kefakiran, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur. Tidak ada Tuhan selain Engkau.”
Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْقِلَّةِ، وَالْفَقْرِ، وَالذِّلَّةِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari jumlah yang sedikit, dari kefakiran, dan dari kehinaan.”
Namun, kesenangan ternyata juga merupakan ujian. Jangan mengira ketika seseorang diluaskan rezekinya itu bukan ujian, akan tetapi itu adalah ujian dan terkadang ujian dengan kesenangan justru lebih berat daripada ujian dalam kesusahan. Hudzaifah bin al-Yaman Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Dulu kami diuji bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan kesusahan, dan kami bisa bersabar. Lalu setelah beliau wafat, kami diuji dengan kesenangan, dan ternyata kami tidak mampu bersabar.”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengabarkan dalam hadits-hadits yang sahih tentang datangnya zaman yang penuh dengan fitnah. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam an-Nasa’i, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya umat ini dijadikan keselamatannya di generasi awalnya, dan generasi akhirnya akan tertimpa bala (musibah) dan berbagai fitnah” (HR. Muslim dan An Nasa’i)
Fitnah ini membuat banyak manusia gelap mata. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
بادروا بالأعمالِ فتَنًا كقطعِ اللَّيلِ المظلمِ ، يصبحُ الرَّجلُ مؤمنًا ويمسي كافرًا ، ويمسي مؤمنًا ويصبحُ كافرًا يبيعُ أحدُهم دينَهُ بعرضٍ منَ الدُّنيا
“Bersegeralah kalian melakukan amal shalih sebelum datangnya fitnah yang seperti potongan malam yang gelap gulita. Seseorang di pagi hari masih beriman, namun di sore hari menjadi kafir. Atau di sore hari beriman, namun di pagi hari menjadi kafir. Ia menjual agamanya demi bagian kecil dari dunia.” (HR. Muslim)
Dengarkan dan Download Kajian Kiat-Kiat Istiqamah di Masa Penuh Fitnah
Podcast: Play in new window | Download
Jangan lupa untuk turut menyebarkan kebaikan dengan membagikan link kajian “Kiat-Kiat Istiqamah di Masa Penuh Fitnah” ini ke media sosial Antum. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan Antum semua.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55258-kiat-kiat-istiqamah-di-masa-penuh-fitnah/